Rubrikasi

Informasi

Ikuti Kami

Kredit BRI Menguat hingga November 2025, Laba Masih Tertekan

A. BISRI MUNIRI
Bagikan:
Dok. Istimewa.

Ringkasan Penting

  • Penyaluran kredit BRI tumbuh lebih dari 7 persen secara tahunan hingga November 2025 dan kembali sesuai target manajemen.
  • Laba bersih BRI masih mengalami penurunan akibat tekanan fee based income dan pencadangan.
  • Likuiditas mengetat seiring pertumbuhan DPK yang lebih lambat, meski rasio CASA mencapai level tertinggi.

Resolusi.co, Jakarta — PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang semakin solid hingga November 2025. Namun, kinerja laba perseroan masih berada dalam tekanan akibat turunnya pendapatan nonbunga dan tingginya biaya pencadangan.

Berdasarkan laporan kinerja keuangan terbaru, BRI membukukan laba bersih bank only sebesar Rp4,38 triliun pada November 2025. Capaian tersebut turun tipis secara bulanan. Sementara secara kumulatif sepanjang Januari–November 2025, laba bersih BRI tercatat Rp45,44 triliun atau melemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Di sisi lain, penyaluran kredit BRI terus menunjukkan tren positif. Hingga akhir November 2025, total kredit yang disalurkan mencapai Rp1.306,53 triliun atau tumbuh lebih dari 7 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut menempatkan kinerja kredit BRI kembali berada dalam target tahunan manajemen.

Pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) turut mencatatkan pertumbuhan. Hingga November 2025, NII BRI mencapai Rp103,40 triliun seiring meningkatnya pendapatan bunga dan menurunnya beban bunga. Kondisi ini turut menopang perbaikan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM), meski secara tahunan masih mengalami tekanan.

Meski demikian, tekanan terhadap laba bersih masih berasal dari penurunan pendapatan berbasis komisi. Fee based income BRI tercatat melemah secara tahunan, sehingga mengurangi kontribusi terhadap total pendapatan operasional perseroan.

Dari sisi risiko, BRI mencatatkan biaya pencadangan yang relatif terkendali dibandingkan awal tahun. Cost of credit berada sedikit di atas target manajemen, mencerminkan upaya perseroan menjaga kualitas aset di tengah tantangan ekonomi.

Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) belum mampu mengimbangi laju ekspansi kredit. DPK BRI tumbuh lebih lambat secara tahunan, meskipun rasio dana murah atau CASA berhasil meningkat ke level tertinggi. Kondisi tersebut mendorong rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) ikut naik, mencerminkan likuiditas yang semakin ketat.

Tekanan laba juga berdampak pada indikator profitabilitas lainnya. Return on assets (ROA) dan return on equity (ROE) tercatat menurun seiring pelemahan laba bersih. Di pasar saham, pergerakan harga saham BBRI masih menunjukkan tekanan secara tahunan meski relatif stabil dalam perdagangan harian.

Ke depan, investor akan mencermati kemampuan BRI menjaga pertumbuhan kredit, meningkatkan pendapatan nonbunga, serta mengendalikan biaya pencadangan agar kinerja laba dapat kembali membaik.

📰

Jangan Lewatkan Update Terbaru!

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan WhatsApp Channel