35 Ribu Rumah Aceh Masih Gelap! Bahlil Terbangkan 1.000 Genset ke 224 Desa Korban Banjir

Ringkasan Penting
- Bahlil kirim 1.000 genset ke 224 desa di 10 kabupaten Aceh, targetkan 35.000 rumah yang belum teraliri listrik pascabencana banjir, jaringan tegangan tinggi sudah pulih tapi tegangan rendah masih terkendala infrastruktur rusak dan genangan air.
- Genset kapasitas 5-7 KVA bisa aliri 5-10 rumah, distribusi langsung tanpa birokrasi panjang, BBM disediakan gratis dari Pertamina Patra Niaga lewat tim terpadu, ini baru tahap pertama bantuan pemerintah.
- Tambahan 3.000 kompor gas dengan regulator dan selang dikirim, total berat hampir 8 ton menggunakan Hercules TNI AU, distribusi terkoordinasi dengan pemda dan posko bencana agar tepat sasaran untuk rumah warga dan pengungsian.
, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengirimkan bantuan berupa 1.000 unit genset dan 3.000 kompor gas bagi warga terdampak bencana banjir di wilayah Aceh.
Genset tersebut dikirimkan ke 224 desa di 10 kabupaten yang belum teraliri listrik pascabencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Provinsi Aceh sejak penghujung November 2025.
“Hari ini kami akan memberangkatkan 1.000 unit genset. Atas arahan Bapak Presiden, kita tahu semua bahwa listrik, khususnya di Aceh, secara tegangan tinggi itu sudah ter-connect, baik dari backbone Sumatera, maupun Arun dan Bireuen, Nagan Raya itu semua sudah ter-connect,” kata Bahlil di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (27/12/2025).
Bahlil menjelaskan bahwa meskipun jaringan listrik tegangan tinggi telah pulih dan tersambung melalui sistem backbone Sumatera, kondisi jaringan tegangan rendah masih menghadapi kendala serius.
“Tapi kita tahu bahwa kondisi untuk jaringan rendahnya masih banyak daerah-daerah yang belum bisa kita masuki. Ini terjadi karena infrastruktur yang belum selesai, sebagian daerah pun masih tergenang air,” kata dia.
Menteri ESDM menyebutkan dalam catatan pemerintah masih ada 224 desa di Provinsi Aceh yang belum teraliri listrik dan tersebar di sekitar 10 kabupaten.
Desa-desa tersebut mayoritas berada di kabupaten dengan kondisi infrastruktur yang masih dalam tahap perbaikan intensif seperti Aceh Tamiang, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.
Hingga saat ini, tercatat sekitar 35.000 rumah tangga di wilayah terdampak bencana belum mendapatkan akses aliran listrik sama sekali.
“Kami rapat dengan tim, kami bicara sama PLN, karena data yang di desa mana, di rumah tangga yang mana itu PLN yang tahu. Ada kurang lebih sekitar 35 ribu rumah yang belum teraliri listrik sampai sekarang,” ujar Bahlil.
Bahlil menegaskan distribusi genset akan dilakukan secara langsung ke desa-desa terdampak tanpa prosedur birokrasi yang berbelit untuk mempercepat bantuan kepada masyarakat.
“Pertama, bahwa ini kita langsung terjungkan ke lokasi. Kita tidak mau lagi birokrasi terlalu panjang. Jadi ini begitu masuk, PLN yang tahu titiknya dimana-mana. Jadi langsung kita masuk ke desa-desa,” tegas Bahlil.
PLN berperan penting dalam menentukan titik penempatan genset berdasarkan kondisi lapangan dan kebutuhan masyarakat di setiap desa terdampak.
Genset yang dikirimkan memiliki kapasitas bervariasi antara 5 hingga 7 Kilo Volt Ampere dengan kemampuan berbeda dalam melayani kebutuhan listrik rumah tangga.
Satu unit genset berkapasitas 5 KVA dapat mengaliri sekitar lima hingga tujuh rumah untuk kebutuhan dasar seperti penerangan, pengisian daya telepon, dan pompa air.
Sementara genset berkapasitas 7 KVA mampu melayani hingga sekitar 10 rumah tangga untuk berbagai keperluan listrik dasar mereka.
Terkait pasokan bahan bakar untuk mengoperasikan ribuan genset tersebut, Bahlil menyampaikan pemerintah telah menyiapkan tim terpadu bersama Pertamina Patra Niaga.
“Untuk BBM-nya, sudah kami siapkan tim terpadu dengan Patra Niaga. Jadi saudara-saudara kita yang terkena musibah tidak perlu membeli BBM sendiri,” kata Bahlil.
Bahlil menegaskan bahwa pengiriman 1.000 genset ini masih merupakan tahap pertama dari upaya pemerintah memulihkan akses listrik di wilayah terdampak bencana.
Selama infrastruktur kelistrikan di kawasan tersebut belum pulih sepenuhnya, Kementerian ESDM akan terus melakukan intervensi dengan mengirimkan bantuan berupa genset tambahan.
Selain genset, pemerintah juga menyalurkan bantuan pendukung lainnya berupa 3.000 unit kompor gas lengkap dengan regulator dan selang gas.
Bantuan kompor gas terdiri dari berbagai jenis dengan total berat mencapai hampir delapan ton yang telah melalui proses pengecekan serta pengemasan sesuai standar keselamatan penerbangan.
Sebanyak 2.000 unit kompor dengan berat 2 kilogram per unit, 930 unit kompor yang dikemas dalam 93 dus, serta 70 unit kompor tambahan dengan total berat 140 kilogram.
Selain itu, dikirim pula 3.000 unit regulator dan selang gas yang dikemas dalam 300 dus dengan setiap dus berisi 10 set regulator dan selang.
Pengiriman bantuan dilakukan menggunakan pesawat Hercules milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara yang langsung dilepas oleh Menteri ESDM Bahlil.
Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsma TNI Erwin Sugiandi, menyampaikan penerbangan hari ini diprioritaskan penuh untuk membawa bantuan dari Kementerian ESDM.
“Listrik merupakan kebutuhan vital yang tidak bisa ditunda dalam situasi bencana,” tegas Komandan Lanud.
Pemerintah memastikan pendistribusian bantuan dilakukan secara terkoordinasi dengan pemerintah daerah, aparat setempat, dan posko bencana agar tepat sasaran dan merata ke seluruh desa terdampak.
“Bantuan genset ini tidak hanya untuk rumah warga, tetapi juga untuk pengungsian agar masyarakat tetap bisa memperoleh listrik dalam kondisi darurat,” ujar Bahlil.
Melalui pengiriman bantuan ini, Kementerian ESDM berharap dapat meringankan beban warga terdampak banjir dan menunjukkan kehadiran negara dalam situasi darurat yang mereka hadapi.
Jangan Lewatkan Update Terbaru!
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan WhatsApp Channel