Rubrikasi

Informasi

Ikuti Kami

Ribuan Jamaah dan Tokoh Nasional Padati Haul Ke-16 Gus Dur di Tebuireng

N.F Mubarok
Bagikan:

Ringkasan Penting

  • Haul Bersejarah: Puncak haul ke-16 Gus Dur di Tebuireng Jombang dihadiri ribuan jamaah dan tokoh nasional termasuk Wamen Agama, Gubernur Jatim, ulama kharismatik, hingga Konsul Jenderal AS.
  • Pertama Sejak Jadi Pahlawan: Peringatan tahun ini istimewa karena pertama kali digelar sejak Gus Dur resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 2025.
  • Warisan Toleransi dan Kemanusiaan: Acara menekankan pentingnya meneladani nilai-nilai Gus Dur seperti pluralisme, toleransi, dan pembelaan terhadap kelompok minoritas.

Resolusi.co, JOMBANG – Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, menjadi pusat perhatian pada Rabu malam, 17 Desember 2025, saat ribuan jamaah memadati kompleks pesantren untuk mengikuti puncak peringatan haul ke-16 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Acara yang berlangsung khidmat ini menampilkan kehadiran tokoh-tokoh besar dari dunia politik, agama, hingga diplomasi.

Peringatan tahun ini terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan penetapan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada 10 November 2025 lalu. Pengakuan negara ini menjadi momen bersejarah bagi keluarga dan seluruh pengagum mantan Presiden ke-4 RI tersebut.

Antusiasme masyarakat begitu tinggi hingga jalan provinsi jurusan Jombang-Malang harus ditutup total demi kelancaran acara. Jamaah berdatangan tidak hanya dari Jombang, tetapi juga dari berbagai kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Lamongan, Mojokerto, Kediri, Nganjuk, hingga Bangkalan.

Deretan tokoh nasional yang hadir antara lain Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak. Kehadiran para ulama kharismatik seperti KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dari Rembang, KH Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) dari Tulangan Sidoarjo, dan KH Masduqi Abdurrahman dari Perak Jombang semakin memperkuat makna spiritualitas acara.

Yang cukup mengejutkan, Konsul Jenderal Amerika Serikat Chris Green turut hadir dalam acara tersebut. Kehadirannya menunjukkan pengakuan internasional terhadap sosok Gus Dur sebagai tokoh pluralisme dan kemanusiaan.

Rangkaian acara haul dimulai sejak Selasa, 16 Desember 2025, dengan agenda Lailatul Hadrah di Masjid Ulil Albab. Ribuan anggota Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari) dari berbagai kabupaten di Jawa Timur memenuhi masjid dengan lantunan shalawat yang merdu.

Muhammad Shobirin, perwakilan panitia haul, mengungkapkan antusiasme luar biasa dari masyarakat terhadap rangkaian acara ini. Para jamaah menunjukkan kecintaan mendalam pada almarhum Gus Dur.

KH Lukman Hakim, Mudir Pondok dan Diniyah Tebuireng, menekankan bahwa acara Ishari bukan sekadar seremonial belaka.

“Ini adalah ekspresi cinta dan penghormatan pada nilai-nilai luhur yang diwariskan Gus Dur. Ke depan, kami berkomitmen untuk mengembangkan kegiatan Ishari ini ke skala yang lebih besar, bahkan nasional, agar lebih membumi di Tebuireng,” paparnya.

Pada Rabu pagi, 17 Desember 2025, rangkaian acara dilanjutkan dengan khataman Al-Qur’an di Maqbarah Masyayikh Pesantren Tebuireng mulai pukul 06.30 hingga 11.00 WIB. Acara kemudian berlanjut dengan pengajian alumni dan peluncuran kitab “Hadhorotus Syeikh KH Hasyim Asy’ari” di Masjid Pesantren Tebuireng.

Menjelang malam, masyarakat mengikuti pembacaan maulid bersama ribuan jamaah shalawat di halaman pesantren. Lantunan shalawat Nabi dibawakan oleh seribu rebana di bawah pimpinan KH Nur Hadi, yang akrab disapa Mbah Bolong, menciptakan atmosfer spiritual yang menyentuh hati.

Puncak acara haul ke-16 dimulai pada Rabu malam pukul 20.00 WIB. Acara dibuka dengan pembacaan Surat Yasin dan tahlil yang dipimpin oleh Ustaz Syamsul Anam dan KH Masduqi Abdurrahman. Suasana semakin khusyuk saat ribuan jamaah bersama-sama membaca doa untuk almarhum Gus Dur dan para masyayikh Tebuireng.

Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid, putri Gus Dur, menyampaikan kebanggaannya atas penetapan ayahnya sebagai Pahlawan Nasional.

“Dari sudut pandang kami, Gus Dur adalah sosok yang ikhlas berjuang untuk kepentingan orang banyak, terutama mereka yang terdzalimi,” ujarnya.

Tausiyah dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menjadi momen paling berkesan dalam acara tersebut. Gus Mus menggambarkan Gus Dur sebagai sosok yang telah selesai dengan dirinya sendiri dan memiliki keberanian luar biasa dalam membela kebenaran dan keadilan.

Gubernur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh hadirin untuk meneladani perjuangan Gus Dur.

“Hari ini kita hadir karena hati kita melekat pada sosok perjuangan, pemikiran dan keteladanan Gus Dur yang penuh nilai kemanusiaan,” ujarnya.

Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i menegaskan bahwa Gus Dur merupakan simbol perjuangan toleransi di Indonesia. Kepemimpinannya yang inklusif dan pembelaannya terhadap kelompok minoritas menjadi warisan berharga bagi bangsa.

Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin, menekankan esensi sejati dari haul Gus Dur adalah menggali kembali khazanah pemikirannya.

“Warisan terbesar Gus Dur adalah pemikiran keagamaannya yang mendalam, yang bersumber dari keilmuan kakeknya, KH Hasyim Asy’ari. Dari sanalah terpancar sikap rahmatan lil ‘alamin,” ungkap Gus Kikin.

Ia juga menyoroti pentingnya menjaga tradisi keilmuan pesantren di tengah arus modernisasi. Berbagai agenda keilmuan terus digalakkan di lingkungan Tebuireng untuk menjaga warisan intelektual para masyayikh.

Koordinator GUSDURian Jombang, Ema Rahmawati atau Neng Ema, menilai gelar Pahlawan Nasional merupakan bentuk peneguhan negara terhadap perjuangan panjang Gus Dur membela kelompok rentan.

“Gus Dur sudah lama dipandang sebagai pahlawan oleh masyarakat. Gelar ini hanyalah penegasan negara atas realitas itu,” ujarnya.

Menurutnya, jejak Gus Dur melampaui batas jabatan politik. Kebijakan-kebijakannya, terutama terkait penghapusan diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dan berbagai kelompok minoritas lainnya, menjadi bukti bahwa perjuangannya berpijak pada prinsip kemanusiaan yang universal.

Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh KH Agoes Ali Masyhuri. Ribuan jamaah mengangkat tangan, berdoa agar nilai-nilai luhur yang ditinggalkan Gus Dur tetap lestari dan menjadi panduan bagi generasi penerus bangsa.

Gus Dur wafat pada Rabu, 30 Desember 2009, pukul 18.45 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, berdampingan dengan makam kakeknya, KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, serta ayahnya, KH Wahid Hasyim, yang juga seorang Pahlawan Nasional.

Penetapan Gus Dur sebagai Pahlawan Nasional tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 116/TK Tahun 2025 yang diumumkan pada 10 November 2025. Gus Dur menjadi salah satu dari 10 tokoh yang menerima gelar tersebut bersama tokoh-tokoh lain seperti Jenderal Besar TNI Soeharto, Marsinah, dan Mochtar Kusumaatmadja.

Peringatan haul ke-16 ini bukan sekadar mengenang tokoh yang telah wafat, tetapi juga menjadi ajang untuk meneruskan semangat perjuangan dan pemikiran Gus Dur. Nilai-nilai pluralisme, toleransi, dan kemanusiaan yang diajarkannya tetap relevan untuk menjaga kerukunan dan kebersamaan dalam keberagaman Indonesia.

Melalui acara ini, masyarakat kembali diingatkan untuk selalu meneladani nilai-nilai luhur Gus Dur yang abadi: toleransi, perjuangan kemanusiaan, dan pengabdian tanpa pamrih. Warisan pemikirannya menjadi kompas moral bagi bangsa dalam menghadapi tantangan zaman.

📰

Jangan Lewatkan Update Terbaru!

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan WhatsApp Channel