Gejolak PBNU: Alim Ulama Sepakat Gus Yahya Bertahan

, Konflik internal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama berakhir dengan konsensus. Berdasarkan hasil rapat para tokoh NU pada Minggu, dimana sepakat menolak pemakzulan Ketua Umum Yahya Cholil Staquf.
Dinamika internal organisasi Islam terbesar di Indonesia mencapai titik kulminasi pada Minggu malam, 23 November 2025. Rapat alim ulama di Gedung PBNU Jakarta menyepakati tidak ada pemakzulan maupun pengunduran diri Gus Yahya dari kursi Ketua Umum. Keputusan bulat itu menjadi jalan keluar dari gejolak yang mengguncang struktur kepemimpinan organisasi berjemaah 90 juta anggota tersebut.
“Disepakati bahwa kepengurusan PBNU harus selesai sampai satu periode yang muktamarnya kurang lebih satu tahun lagi,” kata Katib Aam PBNU Ahmad Said Asrori dalam konferensi pers. Ia menegaskan konsensus mencapai seratus persen tanpa suara sumbang. Sedikitnya 50 kiai hadir dalam silaturahim tersebut, sebagian bergabung melalui aplikasi video conference.
Polemik mencuat setelah beredarnya risalah rapat harian Syuriyah PBNU pada Kamis, 20 November 2025. Dokumen yang ditandatangani Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar itu meminta Gus Yahya mengundurkan diri dalam tiga hari atau menghadapi pemberhentian paksa.
Tiga poin menjadi dasar desakan tersebut, diantaranya pengundangan narasumber terkait jaringan Zionisme Internasional dalam Akademi Kepemimpinan Nasional NU yang dinilai melanggar nilai Ahlussunnah wal Jamaah; pelaksanaan program di tengah genosida Gaza yang dianggap mencemarkan nama baik organisasi; dan dugaan penyimpangan tata kelola keuangan PBNU.
Peter Berkowitz, mantan pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang dikenal sebagai pendukung keras Israel, diundang sebagai pembicara dalam acara internal NU pada Agustus 2025. Berkowitz berpendapat bahwa pengakuan formal terhadap negara Palestina menghambat keamanan dan perdamaian, serta mengkritik apa yang disebutnya fantasi progresif tentang konflik Israel-Palestina.
Gus Yahya telah meminta maaf atas undangan tersebut, menyebutnya sebagai kelalaian akibat tidak memeriksa latar belakang narasumber secara cermat. Namun permintaan maaf itu tak meredakan desakan dari sebagian pengurus Syuriyah PBNU.
Di sisi lain, Gus Yahya menyatakan rapat harian Syuriyah PBNU tidak memiliki kedudukan hukum untuk memberhentikan dirinya dari jabatan. Ia merujuk pada mekanisme formal yang mensyaratkan Muktamar sebagai forum tertinggi untuk pergantian kepemimpinan. Ahmad Said Asrori menjelaskan bahwa pergantian ketua umum hanya dapat dilakukan lewat Muktamar NU.
Gus Yahya mengklarifikasi bahwa hingga saat ini ia belum menerima surat resmi dalam bentuk apa pun terkait isu internal yang beredar, termasuk dokumen risalah rapat harian Syuriyah yang memintanya mundur.
Para alim ulama sepakat akan menggelar silaturahmi yang lebih besar untuk membahas polemik dalam PBNU. Pertemuan lebih luas dengan menghadirkan para kiai sepuh akan diadakan di Pesantren Lirboyo, Kediri. Forum itu diharapkan menjadi jalan keluar komprehensif dari konflik kepemimpinan yang menghangat pekan ini.
Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf menyerukan seluruh pengurus NU di semua tingkatan tetap tenang dan menjaga suasana kondusif dalam menyikapi dinamika organisasi. Dia menegaskan persoalan yang terjadi merupakan perkara organisasi biasa yang sedang ditangani sesuai mekanisme internal.
Organisasi yang didirikan tahun 1926 itu kini berada di persimpangan. Konsolidasi internal menjadi krusial menjelang Muktamar yang dijadwalkan tahun depan. Para kiai berharap tafakur kolektif dapat mengakhiri turbulensi dan mengembalikan fokus organisasi pada khittah keagamaan dan sosial kemasyarakatan.
Jangan Lewatkan Update Terbaru!
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News dan WhatsApp Channel